Beranda PCI NU Optimalisasi Peran Koperasi sebagai Sokoguru Ekonomi Nasional Harus Terus didorong

Optimalisasi Peran Koperasi sebagai Sokoguru Ekonomi Nasional Harus Terus didorong

1647
0

Belanda – Lembaga Pertanian dan Lingkungan Hidup (LPLH) Pengurus Cabang Istimewa Nahdhatul Ulama (PCINU) Belanda mengadakan Webinar Series LPLH dengan Topik “ Optimalisasi Peran Koperasi dalam Pembangunan Ekonomi di Sektor Pertanian” yang di adakan secara daring pada hari Sabtu 16 Januari 2021. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada berbagai pihak, khususnya petani, tentang peran koperasi dalam membangun sektor pertanian di Indonesia. Melalui kegiatan ini, para pembicara diharapkan mampu memberikan informasi secara komprehensif sebagai upaya untuk mengoptimalkan peran koperasi untuk mensejahterakan anggotanya serta meningkatkan pembangunan ekonomi di  Indonesia.

Selain LPLH PCINU Belanda, kegiatan ini juga diinisiasi oleh Generasi Tani Muda Indonesia (GTMI), Transforma dan ROTASI Institute (Institute for Rural Development and Sustainability). Kegiatan seminar daring ini turut mengundang empat pembicara baik dari akademisi, praktisi, pemerintah dan eksekutif. Selain itu, peserta yang hadir memiliki latar belakang yang cukup beragam, yaitu 30 persen akademisi (mahasiswa, peneliti, dan dosen) dan 30 persen dari pihak koperasi. Peserta lain pada umumnya berasal dari petani, peternak, penyuluh, hingga konsultan.

Rainier Starink, Associate Professor di ISCTE Lisbon dan Cerah Associate, menyampaikan materi pertama dengan topik “ Being able to compete globally”. Dalam bahasa inggris, Pak Rainier menekankan bahwa koperasi di Indonesia to be globally harus melakukan tiga langkah utama, yaitu memiliki arah strategi yang jelas, perencanaan secara detail dan eksekusi dengan tepat. Ketiga hal ini sangat penting untuk menopang kesuksesan koperasi untuk bisa berkompetisi di level global. Selain itu, Pak Rainier juga menjelaskan bahwa koperasi di Indonesia dapat dikatakan sukses apabila memenuhi 4 kriteria yaitu partisipasi yang optimal, iklim usaha yang kondusif, peningkatan pelatihan untuk manager dan stakeholder penting dalam koperasi serta pembentukan koperasi sekunder.

Di sesi kedua, Prof. Dr. Imam Mukhlis, S.E,. MSi. menyampaikan materi tentang Ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan sebagai upaya untuk mencapai SDGs (Sustainable Development Goals) khususnya di bidang pertanian. Lebih lanjut menurut akademisi yang merupakan Guru Besar Ekonomi Pembangunan di Universitas Negeri Malang dan Advisory board dari ROTASI Institute ini,  pembanguan sektor pertanian khususnya di era New Normal sebaiknya difokuskan pada penyediaan infrastruktur, penguatan peran rumah tangga dari petani, menciptakan early warning untuk ketahanan pangan lokal dan nasional. Selain itu inovasi juga menjadi kunci pengembangan pertanian untuk kedepannya. Secara spesifik, Imam juga memaparkan bagaimana peningkatan pembangunan ekonomi di sektor pertanian juga harus  mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal, yaitu gotong royong, kekeluargaan dan persaudaraan untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.

Di sesi selanjutnya, Suroto yang merupakan CEO dari Koperasi Usaha Rakyat Indonesia dan Kosakti dan Bagus Rachman yang merupakan perwakilan dari Kementerian Koperasi. Suroto menjelaskan perspektif beliau mengenai urgensi ekonomi koperasi dalam transformasi ekonomi Indonesia menuju keadilan sosial. Selain itu, Suroto juga menjelaskan bahwa koperasi adalah sebagai sebuah wadah bekerjasama untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan diri. Beliau juga menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi secara berkeadilan dan berkelanjutan di sebuah negara membutuhkan peran dari  koperasi.

Paparan dari sudut pandang pemerintah diwakili oleh Bagus Rachman selaku Deputi Penyuluhan Kementerian Koperasi dan UMKM (Kemenkop). Pak Bagus menyampaikan arah kebijakan dan strategi pemerintah untuk pengembangan koperasi pangan di Indonesia. Untuk pengembangan koperasi pangan, kemenkop bekerjasama dengan berbagai stakeholder, khususnya Kementerian Pertanian. Strategi yang diangkat adalah untuk mendukung  kelompok tani yang belum beroperasi sebagai kelembagaan ekonomi di tingkat desa. Sehingga kelembagaan tersebut dapat berperan lebih optimal sebagai aggregator dan avalis kebutuhan simpan pinjam. Pak Bagus juga menyampaikan alternatif solusi pengembangan koperasi pangan yaitu melalui penyusunan model bisnis pengembangan koperasi dan pendampingan untuk penyuluhan koperasi kepada kelompok usaha produktif berbasis komoditas.

Di akhir sesi webinar ini, Ketua LPLH, Nur Alim Bahmid, menyampaikan apresiasi atas kerja keras panitia dalam mempersiapkan acara ini. Lebih jauh kandidat doktor teknologi pangan dari Wageningen University ini juga menyampaikan bahwa agenda kegiatan ini adalah seminar daring yang bersifat diskusi berseri. Sebagai tindaklanjutnya LPLH akan mengadakan diskusi lanjutan terkait implementasi koperasi dengan menghadirkan beberapa pelaku koperasi dan NGO. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran dan pengalaman mereka dalam membangun koperasi. Selain topik koperasi, LPLH juga akan menghadirkan diskusi menarik mengenai isu-isu  hangat baik di bidang pertanian, pangan dan lingkungan hidup secara nasional dan global.

 

 

Artikulli paraprakNU Belanda: Gerakan Wakaf Uang Sebaiknya tidak Melupakan Sektor Pertanian dan Pedesaan
Artikulli tjetërRefleksi Harlah ke-95 Nahdlatul Ulama

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.