Arnhem, 27 Oktober 2024 – PCINU Belanda bersama organisasi-organisasi diaspora Indonesia di Belanda menyelenggarakan peringatan 96 tahun Sumpah Pemuda. Acara bertema “Sumpah Pemuda: Bahasa Indonesia sebagai Pilar Persatuan dan Fondasi Masa Depan Bangsa” ini digelar di Museum Bronbeek, Arnhem. Beberapa organisasi yang turut bergabung memeriahkan acara ini meliputi PPI Belanda, Komunitas Tombo Ati, GP Ansor Belanda, dan Museum Bronbeek.
Peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun ini bertujuan untuk menyegarkan kembali makna historis Sumpah Pemuda 1928 sebagai tonggak persatuan bangsa sekaligus memperdalam pemahaman akan bahasa Indonesia sebagai kekuatan pemersatu. Kegiatan ini tidak hanya menjadi momentum untuk merayakan sejarah, tetapi juga sebagai refleksi bagi masyarakat diaspora Indonesia di Belanda agar terus menjaga identitas dan nilai-nilai kebangsaan. Acara ini secara khusus menyoroti pentingnya bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bagi masyarakat Indonesia dari berbagai latar belakang. Melalui tema ini, semangat Sumpah Pemuda diharapkan menjadi inspirasi dalam menghadapi tantangan globalisasi, pelestarian budaya, dan penguatan identitas nasional di era modern.
Acara dimulai dengan tur Museum Bronbeek yang dipandu oleh Yus Sa’diyah-Broersma. Dalam tur ini, peserta mendapatkan wawasan mengenai sejarah perjuangan bangsa Indonesia, terutama dalam konteks pergerakan pemuda pada masa kolonialisme. Diharapkan, melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang sejarah ini, tumbuh rasa cinta tanah air dan komitmen untuk memperkuat identitas nasional di kalangan diaspora Indonesia di Belanda.
Sesi utama acara diisi dengan kuliah umum yang disampaikan oleh budayawan Joss Wibisono dan Direktur Museum Bronbeek, Pauljac Verhoeven. Para pembicara membahas pentingnya bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu, terutama bagi masyarakat diaspora. Sesi ini disampaikan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, dengan penerjemah yang disediakan untuk memfasilitasi seluruh peserta. Dalam pemaparannya, narasumber menegaskan bahwa semangat Sumpah Pemuda tetap relevan sebagai sumber inspirasi dalam menghadapi berbagai tantangan kontemporer, termasuk tantangan sosial dan budaya yang dihadapi oleh diaspora Indonesia di luar negeri. Para peserta juga diberi kesempatan untuk bertanya dan berbagi pandangan tentang peran bahasa Indonesia dalam kehidupan mereka di perantauan.
Joss Wibisono, salah satu pembicara utama dalam kuliah umum tersebut, menjelaskan bahwa bahasa Indonesia tidak pernah terancam oleh keberadaan bahasa Belanda selama masa penjajahan, sehingga nasionalisme bahasa tidak berkembang sekuat nasionalisme wilayah dan politik. Bahasa Melayu (yang kemudian menjadi bahasa Indonesia) tetap digunakan bebas oleh penduduk Nusantara tanpa paksaan beralih ke bahasa Belanda. Namun, kini bahasa Indonesia justru menghadapi tantangan “keminggris” yang semakin meluas, di mana banyak istilah bahasa Inggris dicampurkan dalam percakapan dan tulisan. Menurut Joss, meski nasionalisme terhadap wilayah sangat kuat, kesadaran akan pentingnya menjaga kemurnian bahasa Indonesia masih lemah. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa bahasa nasional dapat tergeser oleh campuran “Indoglish.”
Sementara itu, Ketua PCINU Belanda, Nur Ahmad, menekankan pentingnya bahasa Indonesia sebagai perekat di tengah komunitas diaspora Indonesia. Dalam kesempatan terpisah, ia menyatakan, “Semangat Sumpah Pemuda bukan hanya tentang persatuan, tetapi juga tentang bagaimana kita, sebagai diaspora, dapat menjaga dan memperkuat nilai-nilai kebangsaan. Dengan bahasa Indonesia sebagai pilar, kita tidak hanya bisa saling terhubung, tetapi juga membangun solidaritas dan tanggung jawab bersama untuk memajukan Indonesia dari manapun kita berada. Harapannya, melalui peringatan ini, generasi muda Indonesia di Belanda dapat menghargai dan menjaga bahasa Indonesia sebagai bagian dari jati diri mereka.”
Acara ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh Kyai Hasyim Subadi. Sebelum memulai doa, Kyai Hasyim berpesan agar semangat Sumpah Pemuda terus menginspirasi dan mempererat persatuan masyarakat Indonesia di Belanda. Peringatan Sumpah Pemuda 2024 di Belanda ini diharapkan dapat memperkuat rasa kebersamaan dan identitas masyarakat Indonesia di Belanda, mempromosikan bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu, serta mendorong kolaborasi dan dialog terkait isu-isu nasional melalui perspektif budaya dan sejarah.