KEBAHAGIAAN HIDUP
Oleh: Ustadz Advan Navis Zubaidi, S.ST., M.Si
Ketua Lembaga Dakwah dan Bahtsul Masail (LDBM) PCI NU Belanda
Assalamualaikum Warahmatullahi wa Baarokaatuh
Allahu Akbar x 3 walillahil hamd.
Para jamaah yang berbahagia;
Pagi ini kita bersyukur kepada Allah dapat melaksanakan salat Idul Adha bersama. Semoga Idul Adha tahun ini, menjadi idul qurban terbaik yang pernah ada dalam hidup kita. Semoga, Idul adha tahun ini tidak hanya ritual Qurban saja, namun juga proses peningkatan takwa dan syukur kita.
Para jamaah sekalian yang dimuliakan Allah,
Jika kita ditanya makna bahagia hidup, tentu jawabnya sangat beragam. Beberapa diantara kita menakar bahagia hidup dengan banyaknya harta yang dikumpulkan. Beberapa diantara kita mengukur bahagia hidup dari tingginya capaian karir yang telah diraih. Ragam jawaban tersebut sah saja, sangat subjektif dan berbeda-beda.
Namun sesungguhnya, ada tiga kebahaiaan hidup yang hakiki, yang jika seorang Muslim mendapatkannya, maka nisacaya dia telah mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya. Kebahagian hidup itu adalah tiga permintaan yang pernah diminta Nabi Ibrahim AS semasa hidupnya. Permohonan tersebut tertuang sebagai doa yang tertulis dalam QS. As Syu’ara’ ayat 83-85 :
“Wahai Tuhanku berikanlah aku ilmu dan masukanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh”
“Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian”
“Dan jadikanlah aku termasuk orang yang mewarisi surga penuh kenikmatan”
Dari tiga ayat di atas, maka ada tiga kebahagiaan yang harus kita raih: Pertama, kebahagiaan untuk tetap semangat belajar agama. Jika hari ini dalam hati kita tertanam rasa senang belajar agama, mendengar ilmu agama, dan dikelilingi oleh teman saudara yang soleh solihah, maka sungguh itu adalah kebahagiaan yang sesungguhnya. Setidaknya dengan kondisi tersebut meminimalisir kita untuk terjebak dalam perbuatan dosa. Sebab nanti di hari akhir, jika seorang muslim dihitung kesalahan dan dosanya, dan itu terjadi karena kesombongannya, maka dia akan dihukum atas dua keslahan besar. Pertama karena dosanya, dan kedua karena kesombongannya untuk tidak mau belajar agama, karena keangkuhannya untuk tidak mau berdiskusi dan mendengar ilmu agama. Berbahagialah kita jika masih ada teman, kerabat, atau saudara yang berkenan mengkritik dan mengingatkan kita ketika kita melakukan kesalahan, sebab itu bagian dari kebahagiaan yang pertama.
Kebahagiaan kedua adalah akhir hidup yang menjadi buah tutur yang baik bagi orang-orang yang kita tinggalkan. Hidup ini singkat, kita tidak tahu kapan akan menghadap Allah, dan sesungguhnya, hidup ini bagi menulis cerita singkat. Hanya ada dua pilihan, apakah kita akan mati meninggalkan cerita baik dan penuh keteladanan, sehingga akan dibaca dengan riang oleh anak cucu kita? atau justru sebaliknya. Kita akan meninggalkan cerita buruk yang akan dicampakkan oleh anak cucu kita karena sama sekali tidak mengandung kebaikan di dalamnya. Sebab semasa hidup, kita hanya jadi benalu dan parasit bagi orang2 di sekeliling kita.
Setiap orang memiliki kelebihan masing-masing, dan dengan kelebihan itu mereka menuliskan cerita hidupnya. Dalam konsep pengembangan diri dikenal istilah “Nobody has nothing”, tidak ada manusia yang dicipta oleh Allah tanpa kelebihan masing-masing, meskipun kemampuan untuk memasak air, menggunting kertas, bahkan kemampuan untuk tersenyum. Dengan bekal kelebihan yang Allah berikan itulah kita menulis cerita hidup untuk anak cucu kita, agar kelak, akhir hidup kita menjadi buah tutur yang baik bagi orang-orang kita tinggalkan.
Sampai saat ini, tidak sedikit orang tua, suami, istri, yang lebih dulu meninggalkan keluarga mereka dan sampai sekarang dikenal karena sikap tempramennya, arogansinya, kepelitannya. Tentu, sepeninggal kita nanti, kita ingin dikenang karena kesabaran kita membesarkan putra putri kita, keseriusan kita dalam mencari rizki yang halal untuk kelurga kita. Kita ingin dikenang sebagai pasangan hidup yang penuh keteladanan, dan menjadi buah tutur yang baik bagi orang-orang yang kita tinggalkan.
Sampai hari ini, tidak sedikit pegawai yang diakhir masa kerjanya, atau sepeninggalnya, dikenal oleh rekan kerjanya sebagai pribadi yang parasit, dan pasif, tentu di akhir hidup kita nanti, kita ingin dikenal sebagai pegawai yang loyal, kontributif, dan selalu berpikir memberi bukan diberi, melayani bukan dilayani. Kita ingin di akhir hidup kita nnanti dikenang sebagai teman yang penuh kepedulian yang tinggi dan ringan tangan, dan kebaikan ini akan menjadi buah tutur yang baik dikalangan teman yang kita tinggalkan.
Kebaikan dari orang eropa yang kita rasakan hari ini sesungguhnya adalah buah dari cerita yang baik, yang ditinggalkan para pendahulu kita. Mereka hidup di bumi erpa ini dengan penuh kedamaian dan kesantunan. Maka sudah seharusnya kita menjadi warga negara yang baik, muslim yang kasih, ramah, taat aturan, toleran. Sehingga, cerita kebaikan yang kita tulis hari ini sesungguhnya tidak hanya untuk kita, tetapi juga akan dirasakan oleh anak cucu kita di 10-20 tahun yang akan datang.
Allahu Akbar x 3 walillahil hamd.
Para jamaah yang berbahagia;
Kebahagiaan ketiga, yang terakhir adalah ketika kita mendapat rahmat Allah untuk memasuki surga yang telah dijanjikan kepada muslim yang beriman. Ibadah yang kita jalankan sepanjang hidup ini tidak berarti jaminan bahwa kita akan masuk ke dalam surga Allah Ta’ala. Masih dibutuhkan kasih dan rahmat Nya. Maka permohonan Nabi Ibrahim yang terakhir adalah Sorga Allah dengan kasih dan rahmat Nya.
Semoga, dengan berkah Idul Adha tahun ini, kita diberi kekuatan oleh Allah untuk menjadi muslim yang baik. Muslim yang penuh semangat belajar ilmu agama dan bergaul dengan orang-orang sholih. Semoga kita diberi kekuatan oleh Allah untuk mengisi sisa hidup kita dengan cerita yang baik.
Allahu Akbar x 3 walillahil hamd
Marilah kita berdoa bersama, semoga Allah memberi kekuatan kita bersama untuk menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Semoga Idul Qurban tahun ini menjadi awal bagi kita untuk lebih semangat belajar Ilmu Agama, menulis cerita hidup yang penuh keteladanan, agar kelak menjadi buah tutur yang baik bagi orang-orang yang kita tinggalkan. Semoga amal ibadah kita berbuah kasih dari Allah SWT untuk mendapat tempat terbaik di sisi Nya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi wa Baarokaatuh