Membaca Surah-Surah Pendek
1. Surah Al-A‘la (87).
Setelah membaca surah al-Fātiḥah, disunahkan membaca surah pendek sebatas hafalan mushalli. Namun yang utama adalah mengerti maknanya. Jangan sampai mengucapkan atau membaca yang tidak mengerti maksudnya. Disunahkan juga ketika sembahyang Jumat atau Isya pada malam Jumat agar membaca surah sabbihisma (surah Al-A‘la, 87).
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ⦵ سَبِّحِ ٱسْمَ رَبِّكَ ٱلْأَعْلَى⦵
Mahasucikanlah nama Tuhanmu wahai Muhammad. Dzat Yang Maha Luhur. Jangan lah menyebut nama Tuhanmu kecuali dengan rasa mengagungkan (ta‘dzim) dan rasa tunduk (khusyu‘). Jangan menyebut nama Tuhanmu dengan disandingkan pada sesuatu yang tidak patut. Sekali-kali jangan!
ٱلَّذِى خَلَقَ فَسَوَّىٰ⦵
Sifat Tuhanmu yaitu Yang Menciptakan seluruh makhluk dengan tujuan lurus dan dengan gambar yang baik dan selaras. Artinya Allah subḥānahū wa ta‘ālā menciptakan segala sesuatu dengan lurus anggota tubuhnya dan selaras. Tidak ada satu pun ciptaan Allah subḥānahū wa ta‘ālā yang tidak baik. Semua ciptaan-Nya baik, sesuai tujuan penciptaannya.
وَٱلَّذِى قَدَّرَ فَهَدَىٰ⦵
Dia adalah Dzat Yang telah memperkirakan dan memastikan apa yang dikehendaki. Kemudian ditunjukkan apa kewajibannya , yaitu melakukan kebajikan atau perbuatan yang utama (awlā).
وَٱلَّذِىٓ أَخْرَجَ ٱلْمَرْعَىٰ⦵فَجَعَلَهُۥ غُثَآءً أَحْوَىٰ⦵
Dia adalah Dzat Yang telah menumbuhkan tetumbuhan berupa rerumputan untuk hewan dan tumbuhan yang bisa dimakan manusia (seperti padi dan semisalnya). Kemudian Allah subḥānahū wa ta‘ālā menjadikan tetumbuhan tadi, yang tadinya hijau segar menjadi kering dan hancur, yaitu menghitam dan mengering.
سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنسَىٰٓ⦵إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُ ٰ
Besok Aku, Allah subḥānahū wa ta‘ālā, akan menyampaikan atau mendatangkan al-Qur’an keluar dari Malaikat Jibril kepadamu Muhammad. Kamu tidak akan lupa akan al-Quran itu, Kecuali – hal yang terlupa itu – apa yang telah dikehendaki oleh Allah subḥānahū wa ta‘ālā, berupa ayat-ayat yang di-mansukh.
إِنَّهُۥ يَعْلَمُ ٱلْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى⦵
Sesungguhnya Allah subḥānahū wa ta‘ālā adalah Dzat Yang Maha Mengetahui seluruh perkara lahir berupa ucapan dan perbuatan. Allah subḥānahū wa ta‘ālā juga mengetahui perkara batin baik ucapan maupun perbuatan.
وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَىٰ⦵
Dan besok Aku, Allah subḥānahū wa ta‘ālā akan mempermudah bagimu, Muhammad, menyangkut agama Islam.
فَذَكِّرْ إِن نَّفَعَتِ ٱلذِّكْرَىٰ⦵
Maka berilah mereka nasihat, Muhammad. Ingatkan umatmu kepada al-Qur’an, baik peringatan itu nantinya bermanfaat atau tidak. Tetaplah berikan petunjuk dan pengajaran, karena memang ada nantinya yang bermanfaat dan ada yang tidak bermanfaat (maksudnya disia-siakan oleh pendengarnya).
سَيَذَّكَّرُ مَن يَخْشَىٰ⦵
Besok yang akan menerima peringatan dan mempercayai pengajaran adalah mereka yang telah pasti takut karena memuliakan kepada Allah subḥānahū wa ta‘ālā. Yaitu orang-orang yang takut kepada Allah subḥānahū wa ta‘ālā. Maka percayalah kepada pengajaran al-Qur’an.
وَيَتَجَنَّبُهَا ٱلْأَشْقَى⦵ٱلَّذِى يَصْلَى ٱلنَّارَ ٱلْكُبْرَىٰ⦵
Adapun orang-orang yang telah pasti celaka akan menjauhi ajaran al-Qur’an. Merekalah orang-orang yang akan masuk neraka besar (nār kubrā), yaitu api neraka di akhirat. Adapun api dunia ini hanya api kecil (nār ṣughrā).
ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَىٰ⦵
Kemudian, mereka tidak mati di dalam neraka. Karena jika mereka mati, maka mereka akan beristirahat dari disiksa. Sebab itu mereka tidak diizinkan mati. Mereka juga tidak hidup dalam keadaan kehidupan yang menyenangkan, sekali-kali tidak!
قَدْ أَفْلَحَ مَن تَزَكَّىٰ⦵وَذَكَرَ ٱسْمَ رَبِّهِۦ فَصَلَّىٰ⦵
Sungguh beruntunglah orang yang telah menyucikan hatinya dengan beriman. Lebih beruntung lagi mereka yang selalu menyebut asma Allah subḥānahū wa ta‘ālā dalam zikir, kemudian mereka sembahyang lima waktu. Itu semua adalah perkara akhirat. Adapun orang-orang kafir Mekkah mengingkari perkara akhirat.
بَلْ تُؤْثِرُونَ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا⦵وَٱلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰٓ⦵
Sebaliknya, seluruh orang-orang kafir memilih kehidupan dunia dan meninggalkan kehidupan akhirat yang berada di surga. Padahal kehidupan akhirat itu lebih langgeng dan kekal dibandingkan dengan kehidupan dunia.
إِنَّ هَٰذَا لَفِى ٱلصُّحُفِ ٱلْأُولَىٰ⦵صُحُفِ إِبْرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ⦵
Hal menyangkut keberuntungan orang yang menyucikan hatinya, lebih memilih kehidupan akhirat, serta meninggalkan kehidupan dunia, telah disebutkan dalam beberapa kitab yang terdahulu. Yaitu kitab Nabi Ibrahim ‘alaihissalām dan kitab Nabi Musa ‘alaihissalām, berupa sepuluh suhuf Ibrahim dan kitab Taurat Musa.
Bersambung…