Beranda Warta Nahdiyin Proklamasi, Toleransi dan Nasi Kebuli dalam acara buka bersama di KBRI

Proklamasi, Toleransi dan Nasi Kebuli dalam acara buka bersama di KBRI

1842
0

Proklamasi Republik Indonesia tahun 1945 terjadi pada bulan puasa. Banyak peristiwa penting dalam Islam, juga terjadi pada bulan puasa. Hal ini menunjukkan bahwa bulan puasa seharusnya tidak membuat kita lemah, tetapi justru semakin semangat, untuk mendapatkan pahala berlipat ganda. Hal tersebut dikemukakan secara berapi-api oleh Ustadz Rifqi Maula pada acara berbuka puasa bersama di aula KBRI Den Haag, Jumat, 18 Mei 2018.

Dai muda kelahiran Bandung yang sedang mengikuti program doktor di Univesitas Hassan II Maroko ini, memang sedang bertugas di masjid Al Hikmah Den Haag, selama bulan Ramadhan. Hasil kerjasama antara PCI NU Belanda dengan PCI NU Maroko. Ia didampingi rekannya, ustadz Muhammad Fauzi Anhar yang bertugas untuk menjadi imam sholat fardhu dan sholat tarawih. Suara khas dan merdu dari mahasiswa Studi Islam Universitas Hasan II yang baru akan menginjak usia 20 tahun ini menghanyutkan jamaah yang memenuhi aula KBRI Den Haag dengan lantunan tilawah Al Qur’an dan sholawat, hingga waktu berbuka tiba.

Acara tradisi tahunan di KBRI Den Haag kali ini dibuka oleh Bapak Din Wahid, Atase Pendidikan dan Kebudayaan. Bapak Fikri Cassidy, Wakil Kepala Perwakilan RI, turut pula memberikan kata sambutan dihadapan sekitar 200 jamaah yang berasal dari Staf KBRI, anggota Darma Wanita Persatuan, Jamah Masjid Al Hikmah serta para pelajar Indonesia di Den Haag dan sekitarnya.

Sesaat setelah adzan dilantunkan, para jamaah segera berbuka dengan berbagai makanan kecil tersaji. Tampak pula beberapa makanan khas bulan puasa di Indonesia seperti klepon dan kolak pisang. Berdampingan dengan minuman hangat dan kurma.

Setelah sholat Maghrib berjamaah selesai dilakukan. Beragam makanan buka puasa pun terhidang. Gado-gado, sup kimlo, ayam bumbu pedas sampai nasi kebuli.

Duta Besar RI untuk kerajaan Belanda, Bapak I Gusti A Wesaka Puja bersama keluarga terlihat hilir mudik ikut menyiapkan acara ini. Bagi beliau, perbedaan agama bukanlan suatu halangan untuk membantu dan berbagi. Justru keberadaan beliau pada acara ini adalah wujud dari toleransi yang merupakan nilai luhur masyarakat Indonesia.

Acara yang akan berlangsung setiap Jumat sore selama bulan Ramadhan ini ditutup saat mendekati waktu sholat Isya’ tiba. Sebagian besar jamaah lantas bergegas menuju masjid Al Hikmah untuk menlaksanakan sholat Isya’ dan kemudian dilanjutkan dengan tarawih bersama.

Artikulli paraprakNahdliyin bersholawat bersama Cak Nun di Belanda
Artikulli tjetërPernyataan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Belanda (PCINU-Belanda) Terhadap Usulan DPR RI untuk mengubah UU tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.