Beranda Keislaman Khutbah Jum’at: Memaknai Tahun Baru Hijriah

Khutbah Jum’at: Memaknai Tahun Baru Hijriah

1352
0

Memaknai Tahun Baru Hijriah

Oleh ustadz Syahril Siddik, M.A.

Wakil Ketua Tanfidziyah PCI NU Belanda

Kandidat Doktor Kajian Studi Islam Asia Tenggara  di Universitas Leiden Belanda

Disampaikan di Mesjid Al Hikmah Den Haag

Jumat, 9 Muharram 1439 H./29 September 2017

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah

Segal puji bagi Allah SWT. yang masih memberikan kita semua hidayah untuk tetap istiqomah melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sholawat dan salam semoga senantiasa dianugerahkan oleh Allah SWT. kepada suri tauladan kita, pemimpin kita, nabi dan rasul kita, Muhammad SAW.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah

Dalam kesempatan yang mulia ini, marilah kita introspeksi diri untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. agar misi penciptaan kita untuk berserah diri menghamba kepada Allah SWT. bisa tercapai dan terpenuhi. Tidak ada yang kita harapkan dari misi kita sebagai manusia selain mengharapkan ridlo dan rahmat dari Allah SWT karena kita ini penuh dosa, sering berbuat dzalim (aniaya) terhadap diri kita sendiri, kita ini orang yang fakir (yang butuh) akan pertolongan Allah SWT. agar kita tidak termasuk orang-orang yang merugi yang masuk ke dalam api neraka.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah

Berdasarkan perhitungan kalender hijriah, kita sekarang berada pada bulan Muharram, bulan pertama tahun Hijriah. Kita harus bersyukur karena Allah SWT. masih memberikan kita usia dan kesempatan untuk memperbaiki dan menambah amal sholeh kita agar kita bisa menjadi orang-orang yang beruntung. Usia dan kesempatan itu mahal harganya dan tidak dapat dibadingkan dengan harta atau kesenangan lainnya. Bagi ummat Islam, dunia adalah jalan menuju kehidupan kekal di akhirat, maka jangan sampai kita membuang kesempatan yang telah diberikan untuk hal-hal yang sia-sia. Kita harus memanfaatkan usia dan kesempatan untuk beribadah dan berserah diri kepada Allah SWT. Rasulullah SAW. menjelaskan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dan Imam Ahmad tentang bagaimana seharusnya kita memanfaatkan usia dan kesempatan yang diberikan Allah SWT:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُسْرٍ رضي الله عنه أَنَّ أَعْرَابِيًّا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ خَيْرُ النَّاسِ قَال «مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ» قَالَ فَأَىُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ

Artinya: “Abdullah bin Busrradhiyallahu ‘anhumeriwayatkan bahwa ada seorang Arab Badui berkata kepada Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam:“Wahai Rasulullah, siapakah sebaik-baik manusia?”beliau menjawab:“Siapa yang paling panjang umurnya dan baik amalannya.” Dia bertanya lagi, “Lalu siapakah orang yang terburuk?” Beliau menjawab, “Orang yang berumur panjang dan buruk amalnya”.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah

Latar belakang munculnya kalender hijriah tidak lepas dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW. dan sebagian kaum Muslimin dari Mekkah ke Madinah. Hijrah secara bahasa berarti berpindah atau migrasi dari satu tempat ke tempat lain. Hijrah berdasarkan makna bisa berarti hijrah secara jasmani dari satu tempat ke tempat lain atau secara rohani dari suatu keadaan ke keadaan lain yang lebih baik. Misalnya, hijrah seseorang dari suatu negara ke negara lain untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang lebih banyak atau hijrahnya seorang mahasiswa dari Indonesia untuk menuntut ilmu di Timur Tengah atau Eropa untuk mendapatkan akses pendidikan yang lebih baik. Banyak versi sejarah yang menceritakan awal terbentuknya kalender Hijriah. Pastinya munculnya inisiatif ummat Islam untuk memiliki kalender sendiri terjadi pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab. Pada saat itu, Umar bin Khattab mendapatkan balasan surat yang isinya mengkritik surat beliau yang tidak ada tanggal dan tahun di dalamnya. Beliau kemudian bermusyawarah dengan para sahabat untuk membuat kalender Islam. Perdebatan muncul tentang kapan awal hitungan kalender Islam yang akan mereka sepakati. Ada sahabat yang mengusulkan awal kalender Islam dihitung sejak kelahiran Nabi Muhammad SAW. seperti kalender Masehi yang dimulai sejak kelahiran Nabi Isa A.S., ada yang mengusulkan sejak masa kerasulan Nabi Muhammad SAW, dan ada yang mengusulkan sejak Nabi Hijrah ke Yatsrib (yang saat ini kita kenal dengan Madinah). Akhirnya, para sahabat sepakat bahwa awal kalender Islam dimulai sejak rasul hijrah ke Madinah dan perhitungannya berdasarkan peredaran bulan. Peristiwa hijrah itu terjadi sudah 1439 tahun lalu.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah

Mengapa para sahabat sepakat memilih hijrah rasul sebagai awal mula kalender Islam? Hijrah ke Madinah dipandang sebagai peristiwa penting dalam perkembangan dakwah Islam di jazirah Arab saat itu. Dakwah rasul secara terang-terangan kepada masyarakat di Mekah tidak begitu signifikan hasilnya. Sedangkan tekanan dari kaum Quraisy yang dipimpin oleh Abu Jahal kepada rasul dan kaum Muslimin semakin buruk dan intens pasca meninggalnya paman beliau Abu Tholib. Di sisi lain, sudah ada beberapa orang Madinah masuk Islam dan siap untuk menyambut rasul dan kaum Muslimin dari Mekah. Hingga akhirnya rasul memerintahkan kaum Muslimin di Mekah untuk hirjah ke Madinah. Dengan demikian, rasul memandang hijrah adalah solusi agar dakwah Islam semakin berkembang di Madinah.

Meski demikian, ada motivasi duniawi dari sebagian kaum Muslimin yang ikut hijrah dari Mekah ke Madinah bukan demi syiar dakwah Islam. Mereka hijrah ke Madinah dengan maksud untuk mencari harta kekayaan atau menikahi perempuan cantik bernama Ummu Qais. Kabar ini sampai kepada rasulullah sehingga beliau berkata dalam sebuah hadist untuk meluruskan niat kaum Muslimin yang ikut hijrah bahwa:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى ، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah

Hijrah ke Madinah juga dianggap layak menjadi awal perhitungan kalender Islam karena transformasi peran rasullullah SAW. Di Mekah, rasul berperan hanya sebagai pembawa risalah Islam yang mengesakan Allah SWT. Sedangkan di Madinah, selain sebagai pembawa risalah Islam, beliau berperan sebagai pemimpin yang dipilih oleh masyarakat Madinah yang plural (beragam) terdiri dari kaum Muslimin (yakni muhajirin dan anshor), Yahudi, dan Nasrani. Beliau memimpin masyarakat Madinah yang mejemuk dengan adil dan bijaksana. Ini adalah transformasi peran rasulullah SAW. untuk memenuhi misi beliau sebagai pembawa rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil ‘alamin).

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah

Di awal tahun baru hijriah ini kita juga harus melakukan hijrah. Hijrah yang berarti pindah dari keadaan sebelumnya ke keadaan yang lebih baik. Dari maksiat ke amal sholeh. Dari hanya mengerjakan perintah Allah yang wajib-wajib saja ke mengerjakan yang wajib dan sunah. Dari kebodohan ke ilmu pengetahuan. Dari berita palsu (hoax) ke tabayyun (mencari penjelasan dan klarifikasi atas informasi yang kita baca dan dapatkan. Dari amarah ke sabar. Dari perpecahan ke persaudaraan antar ummat Islam. Dari permusuhan ke perdamain antar ummat manusia. Dari merusak ke melindungi dan memperbaiki lingkungan sekitar kita dan seterusnya terkait amal sholeh dan kemaslahatan ummat manusia agar kita meraih kemenangan yang besar sebagaimana firman Allah SWT. dalam surat at-Taubat ayat 100:

وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Artinya: “Dan orang-orang yang terdahulu yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Allah ridla kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.”

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah

Jangan sampai kita berniat hijrah karena sesuatu yang lain selain beribadah kepada Allah SWT. baik itu karena harta, tahta, atau wanita yang ingin kita raih. Jadikan hijrah kita sebagai jalan untuk menggapai akhir yang baik (khusnul khotimah) dari kita berladang di dunia ini. Semoga Allah SWT. senantiasa memberikan kita hidayah sehingga kita bisa berhijrah untuk meraih ridlo dan rahmat-Nya. Semoga Allah SWT. juga menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang istiqomah (konsisten) dalam beribadah kepada-Nya. Semoga Allah SWT. menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang beruntung di dunia dan akhirat. Amin ya Mujibassailin.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.