Tanya ustadz!

Sampaikan pertanyaanmu

Klik disini!

Ketua PCINU Belanda Sambut Peserta Konferensi Internasional 2025

Waktu baca: 2 menit

Groningen, Belanda – PCINU Belanda kembali menggelar ajang akademik internasional dengan penyelenggaraan 4th Biennial International Conference yang berlangsung pada 1 Oktober 2025. Konferensi kali ini mengusung tema “Harmony in Turbulence: The Intersection of Faith, Climate Justice, and Global Peace.” Ketua PCINU Belanda, Nur Ahmad, M.A., menyambut hangat para peserta dan menekankan pentingnya menggabungkan ilmu pengetahuan, etika, dan nilai-nilai agama dalam upaya mencari masa depan yang adil dan berkelanjutan.

Menurut Nur Ahmad, krisis ekologis yang dihadapi dunia saat ini tidak bisa hanya dipandang sebagai persoalan teknis atau politik semata. “Krisis ini menuntut refleksi filosofis dan religius karena menyentuh inti kemanusiaan,” ujarnya. Dengan semangat ini, konferensi menjadi forum bagi para akademisi, praktisi, dan pemimpin agama untuk berdialog, berbagi gagasan, dan merumuskan solusi yang berimbang, bukan hanya fokus pada pemanfaatan sumber daya alam secara eksploitatif.

Salah satu pokok pembahasan konferensi adalah masalah kehilangan akal (al-ʿaql), yang dipahami sebagai fakultas universal untuk memahami kebenaran dan mengatur realitas. Nur Ahmad menjelaskan bahwa modernitas sering menempatkan kemajuan material, teknologi, dan ekonomi sebagai tujuan utama. Akibatnya, alam cenderung dipandang semata-mata sebagai sumber daya untuk dimanfaatkan, dan waktu dianggap linier menuju masa depan yang tidak pasti. Pandangan ini, menurutnya, mendorong perilaku konsumtif dan berkontribusi langsung terhadap krisis ekologis dan sosial.

Dalam perspektif Islam, waktu dipahami secara siklikal, bukan linier. Waktu bukan hanya mekanisme jam, tetapi ritme yang tercermin dalam pergerakan bulan dan siklus alami lainnya. Konsep ini menekankan keterhubungan manusia, alam, dan Sang Pencipta. Nur Ahmad menekankan, “Manusia, sebagai khalifah di bumi (Q 2:30), bertanggung jawab menjaga dan merawat ciptaan agar tetap mencerminkan kebesaran Ilahi.” Alam dipandang sebagai cerminan tanda-tanda Tuhan (āyāt), bukan sekadar objek ekonomi.

Qur’an menegaskan pentingnya keseimbangan dan tanggung jawab ekologis, antara lain melalui larangan terhadap pemborosan dan kerusakan (Q 6:141; Q 7:31), serta penekanan bahwa tanda-tanda Tuhan ada “di ufuk dan di dalam diri mereka sendiri” (Q 41:53). Perspektif ini mendorong manusia untuk berperilaku sebagai pengelola yang bijaksana, merawat alam dan melihatnya sebagai sarana spiritual, bukan hanya material.

Konferensi menghadirkan 67 makalah yang terbagi ke dalam tujuh panel tematik. Berbagai institusi mendukung acara ini, termasuk Rijksuniversiteit Groningen, Wubbo Ockels School for Energy and Climate, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Belanda, serta KITLV. Nur Ahmad memberikan apresiasi khusus kepada seluruh sponsor dan panitia, termasuk Rais Syuriah KH. Nur Hasyim Subadi dan tim penyelenggara, atas kontribusi mereka dalam menjamin kelancaran konferensi.

Melalui kegiatan ini, PCINU Belanda berharap dapat membangun ruang akademik yang produktif dan menegaskan peran konstruktif tradisi keagamaan dalam menciptakan dunia yang adil, damai, dan berkelanjutan. Konferensi ini menjadi bukti nyata komitmen Nahdlatul Ulama dalam memasuki abad kedua pelayanannya, menghadirkan pemikiran yang relevan dan menyeluruh untuk menanggapi tantangan global saat ini.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *