- Merevitalisasi Ketaqwaan Umat Islam di Eropa
Memasuki Musim Dingin[1]
Ibnu Fikri
(Ketua Tanfidz PCI NU Belanda dan Kandidat Doktor di Vrije Universiteit Amsterdam)
الْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ، لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا، أَشْهَذُ أَنَّ لا إله إلا الله وحدَه لا شَرِيْكَ له. وَأَشْهَذُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ صلي وسلم وبارِكْ على عَبْدِكَ ورَسُولِكَ مَحَمَّدٌ وعلى آلِهِ وأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْن, أَمّا بَعْدُ: فَيَااَيُّهَاالْمُسْلِمُوْنَ الْكِرَامُ : اُوصِيْكُمْ وَ اِيَّايَ بِتَقْوَي اللهِ ,فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ, فَقَال تعالى في كِتَابِهِ الكريمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Ma’asyirol Muslimin Jamaah Jumah Rahimakumullah.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah telah memberikan kita rahmat, hidayah dan taufiknya, sehingga kita bisa hadir bersama-sama di tempat mulia ini dalam keadaan sehat wal afiyat, guna melaksanakan shalat Jumat dengan suasana yang khusu’dan penuh keikhlasan.
Mengawali khutbah jumat kali ini, saya ingin mengajak diri saya sendiri dan kepada Jamaah Jum’ah sekalian untuk selalu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT., dengan selalu mendekatkan diri kepada-Nya, menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangan larangan-Nya.
Jamaah Jumah yang dimulyakan Allah SWT
Memasuki musim dingin beberapa hari yang lalu, yang ditandai dengan menggeser waktu malam lebih awal, maka kita akan menikmati malam kita lebih panjang dari hari-hari sebelumnya. Oleh karena itu, dalam khutbah ini kita akan mengupas, bagaimana merevitalisasi ketaqwaan kita sebagai masyarakat Muslim di wilayah Eropa khususnya Amsterdam, ketika datang musim dingin kali ini.
Terkait dengan situasi ini, Allah SWT berfirman Al Quran Surat Adz-Dzariyat: 15-19.
إنَ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ. ءَاخِذِينَ مَآءَاتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذلِكَ مُحْسِنِينَ. كَانُوا قَلِيلاً مِّنَ الَليْلِ مَايَهْجَعُونَ. وَبِاْلأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ. وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقُّ لِّلسَّآئِلِ وَالْمَحْرُومِ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu tempatnya hanya di taman-taman (surga) dengan mata air-mata air yang mengalir. Sambil mengambil apa yang diberikan oleh Tuhan kepada mereka. Sungguh, sebelum itu, mereka ketika di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik. 1) Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. 2) Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah Subhanahu Wata’ala) atas dosa-dosa yang telah diperbuat. Dan 3) di dalam harta-harta mereka ada hak untuk orang-orang miskin yang meminta-minta dan orang miskin yang menjaga dirinya dari meminta-minta”.
Adapun inti dari ayat di atas, Allah menyebutkan indikator-indikator orang bertakwa; pertama adalah kanu qalilan minal laili ma yahja’un. Merekalah orang-orang yang sedikit sekali tidur di waktu malam. Ini berarti, orang yang bertakwa adalah orang mengurangi tidurnya guna melakukan shalat malam. Karena ibadah yang paling utama di waktu malam adalah shalat malam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أفضل الصلاة بعد الْمَفْرُوْضَةِ، صلاة الليل
“Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat yang dilakukan di malam hari.” (Muttafaqun ‘alaih)
Jamaah Jumah Rahimakumullah
Saat ini, waktu malam telah menggeser waktu siang. Mulai sekitar jam 5 sore, dan pagi akan datang pada pukul 6 esok harinya. Dengan demikian, waktu yang panjang tersebut tentu tidak kita habiskan dengan hanya beristirahat dan kegiatan yang sia-sia. Oleh karena itu, luangkanlah waktu kita untuk melakukan shalat malam untuk bertaqarub kepada Allah SWT. Sholat malam adalah ritual sunnah yang sering dilakukan oleh nabi SAW.
Aisyah RA pernah meriwayatkan, pada suatu malam, ketika malam giliran Aisyah RA, Rasulillah SAW sudah berada di tempat pembaringan. Kulit Aisyah dan kulit beliau sudah saling bersentuhan. Namun, Rasulullah SAW meminta izin kepada Aisyah, “Duhai Aisyah, izinkanlah aku untuk beribadah kepada Allah.” Aisyah menjawab seolah memprotes, “Wahai Rasululloh, aku ingin dekat denganmu, dan siap melayanimu.” Namun Rasululloh tetap ingin beribadah pada malam itu.
Beliau lalu mengambil air wudhu, dan mengerjakan shalat malam. Bermunajat dan bersimpuh di hadapan Allah dengan penuh kekhusyukan.
Inilah sunnah yang sering dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW untuk mengisi malam-malamnya. Bagi yang memiliki hajat, lakukanlah shalat malam. Doakan orang tua kita, anak-anak kita, saudara-saudara kita. Dengan begitu, kita akan menempati salah satu sifat orang yang bertaqwa.
Jamaah Jumah Rahimakumullah
Indikator Kedua dari orang yang bertaqwa adalah wa bil ashari hum yastaghfirun, mereka yang selalu beristighfar di waktu sahur atau sepertiga malam terakhir.
Diakui atau tidak, kita adalah manusia yang tidak luput dari kesalahan baik kesalahan yang bersifat vertikal maupun horisontal. Kita juga tidak tahu bahwa tutur kata kita, perilaku kita dan bahkan postingan-postingan kita di sosial media juga terkadang yang secara tidak sengaja menyinggung dan menyakiti orang lain.
Ketika Bilal bin Rabbah usai mengumandangkan azan subuh, melihat Rasulullah SAW masih dalam keadaan menangis. Bilal lalu bertanya “Wahai Rasululloh, anda terlihat beru saja menangis…..padahal bukankah Allah sudah mengampuni dosa anda, baik yang telah lalu maupun yang akan datang?”
Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Wahai Bilal, tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur?”
Jawaban Nabi kepada Bilal seolah menyindir kita, Beliau adalah manusia mulia, yang ma’shum; terhindar dari dosa, dan manusia yang paling baik kualitas imannya dan paling tinggi takwanya. Namun beliau senantiasa melaksanakan shalat malam dan beristighfat hingga berlinang air mata.
Sebagai umat Muhammad, yang tidak memiliki jaminan sejengkal tempat pun di Surga, seharusnya kitalah lebih memperbanyak beramal ibadah kita dan beristighfar kepada Allah Ta’ala Oleh karena itu, saat malam di musim dingin ini memiliki durasi yang cukup panjang, maka perbanyaklah istighfar. Memohon ampun kepada Allah SWT.
Ma’asyirol Muslimin Jamaah Jumah Rahimakumullah.
Adapun sifat yang ketiga adalah, wa fi amwalihim haqqun lis sa’ili wal mahrum, mereka yang memberikan sedekah kepada orang-orang yang miskin.
Selain beribadah di malam hari, Allah SWT menganjurkan kita memberi sedekah agar menjadi orang yang bertaqwa. Ketahuilah bahwa bersedekah tidak akan membuat kita miskin. Sebaliknya, Allah swt telah berjanji akan memberi lebih dari apa yang telah engkau keluarkan di jalan yang benar karena Allah.
Terkait dengan sedekah ini, ada cerita menarik yang perlu kita simak bersama-sama. Dikisahkan, ada seorang pengemis Yahudi Buta di sudut pasar kota Madinah Al-Munawarah. Setiap kali terdengar langkah kaki orang yang melewatinya, si pengemis buta itu selalu mengumpat dengan mengatakan; “Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir. Apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya.” Teriakannya yang keras tak terlewatkan oleh seorang pun yang berjalan di dekatnya.
Namun, Pengemis Yahudi buta itu hampir setiap hari juga ditemui oleh seseorang untuk memberi makan. Orang tersebut dengan lemah lembut dan kasih sayang menyuapi pengemis yang hampir tidak pernah berhenti untuk menghina dan merendahkan Muhammad SAW.
Orang tersebut hanya terdiam, saat teriakan makian dan hinaan itu keluar dari mulut Yahudi buta tersebut. Ia terus menyuapi makanan ke mulut pengemis itu hingga habis.
Sampai pada suatu hari, si pengemis Yahudi Buta tidak lagi ditemui lagi oleh orang yang membawa makan dan menyuapinya.
Diwaktu yang lain, Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha pasca wafatnya Rasulullah SAW. Beliau bertanya kepada anaknya, “anakku adakah sunnah Rasulullah SAW yang belum aku kerjakan?”,
Aisyah r.ha menjawab, “Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah, hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja”. “Apakah itu?”, tanya Abubakar r.a. “Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi Buta yang berada di sana”, kata Aisyah r.ha.
Keesokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu dan menawarkan diri untuk menyuapinya.
Seperti yang dilakukan sebelumnya, pengemis buta itu tak henti-hentinya merendahkan Muhammad SAW.
Hati dan kepala Abu Bakar mendidih mendengar sumpah serapah pengemis Yahudi tersebut.
Namun Abu Bakar menahan diri dan berusaha dengan lemah lembut memberi dan menyuapi makanan kepada pengemis buta tersebut.
Ketika Abubakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, “siapakah kamu ?”. Abubakar r.a menjawab, “aku orang yang biasa“. “Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku”,
Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya sendiri setelah itu ia berikan suapkan ke mulutku”
“Kau bukan orang yang biasa memberiku makanan,”.
Mendengar perkataan pengemis buta tersebut, Abu Bakar tak kuasa membendung rasa harunya. Air matanya tumpah tak tertahankan.
Abu Bakar akhirnya berkata, “Memang, benar, Aku bukan orang yang biasa datang membawa makanan dan menyuapi mu. Aku memang tidak bisa selemah lembut orang itu.”
“Ketahuilah bahwa aku adalah salah satu sahabat orang yang hampir setiap hari mendatangimu. Orang yang biasa memberimu makan dan menyuapimu telah wafat. Aku hanya ingin melanjutkan amalan yang ditinggalkan orang tersebut, karena Aku tidak ingin melewatkan satu pun amalan setelah kepergiannya.”
Si pengemis buta Yahudi tersebut terdiam sejenak dan bertanya kepada Abu Bakar, siapa orang yang selama ini mendatangiku, memberi dan juga menyuapi makan itu?
“Ketahuilah wahai pengemis Buta, bahwa Ia adalah Muhammad, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Orang yang setiap hari kau hinakan dan kau rendahkan di depan orang banyak di pasar ini,” jawab Abu Bakar.
Si pengemis Yahudi yang buta itu tertegun. Tak ada kata kata yang keluar dari mulutnya, namun tampak bibirnya bergetar. Air mata pengemis buta itu perlahan jatuh membasahi pipinya yang mulai berkeriput.
Si pengemis buta tersadar, betapa orang yang selama ini ia hina justru berada dihadapannya, memperlakukannya dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang.
Dengan penyesalannya yang begitu dalam, pengemis buta itu berkata; “Selama ini aku telah menghinanya, memfitnahnya, bahkan saat ia berada di sampingku yang sedang menyuapiku. Tapi dia tidak pernah memarahiku. Dia malah dengan sabar melembutkan makanan yang di masukkan ke dalam mulutku. Sungguh dia begitu mulia.”.
Saat itu juga, memilih memeluk Islam di hadapan Abu Bakar Ash Shiddiq, setelah cacian dan sumpah serapahnya kepada Muhammad SAW dibalas dengan kasih sayang oleh Nabi.
Sedekah yang dilakukan oleh Nabi setiap hari telah membuahkan hasil dengan membuka pintu hidayah kepada pengemis Buta yahudi. Oleh karena itu, perbanyaklah bersedekah dari sebagian harta kita, guna membantu orang-orang yang membutuhkan baik disekitar kita maupun di negeri asal kita.
Alhamdulillah, PPME Al-Ikhlash Amsterdam sudah memiliki Lembaga Zakat Infaq dan Sedekah. Harta kita bisa kita tasarufkan untuk orang-orang miskin melalui lembaga itu.
Ma’asyirol Muslimin Jamaah Jumah Rahimakumullah.
Demikianlah bagaimana merevitalisasi ketaqwaan kita sebagai masyarakat Muslim di wilayah Eropa khususnya Amsterdam, ketika datang musim dingin kali ini. Indikator orang bertakwa yang tercermin dari keteladanan Rasulullah Muhammad SAW adalah mereka yang melakukan shalat malam, beristighfar di waktu sahur, dan memberikan sedekah kepada orang-orang yang miskin.
Semoga kita termasuk orang yang meneladani hingga mendapatkan syafa’at Nabi Muhammad SAW di Hari Akhir. Amiin
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِالرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَالْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
[1] Naskah Khutbah Jumat ini disampaikan pada Shalat Jum’at di Mesjid PPME Al-Ikhlash Amsterdam, 3 November 2017