Kagum kepada KH Hasyim Asy’ari, Awal Warga Asli Malaysia Dirikan NU

Waktu baca: 6 menit

Nahdlatul Ulama (NU) merupakan ormas sosial keagamaan yang tidak hanya berada dalam cakupan satu negara. NU memiliki Pengurus Cabang Istimewa (PCI) di berbagai negara di dunia, dengan para pengurusnya merupakan warga negara Indonesia yang berdomisili di negara tersebut. Namun bukan itu saja, Nahdlatul Ulama juga didirikan oleh beberapa negara yang pengurusnya merupakan penduduk asli di negara tersebut.

Seperti di Malaysia, warga negara Malaysia sudah mendirikan “NU-nya Malaysia” dengan nama Nahdatul Ulama Malaya atau Malaysia yang disingkat NA’AM. Disingkat NA’AM mengambil singkatan dalam huruf Arab yang terdiri dari huruf Nun= Nahdlatul, Ain= Ulama, dan Mim= Malaya/Malaysia. Baru-baru ini, NA’AM menggelar Muktamar pertama yang diselenggarakan secara virtual yang diikuti oleh para pengurus dan ulama NU Malaysia.

Untuk mengetahui lebih dalam tentang organisasi yang asal muasalnya sudah mulai muncul pada 1951 ini, Jurnalis NU Online, Muhammad Faizin mewawancarai Ustaz Faiz Hafizuddin Bin Rosli Ketua Tanfidziyah NA’AM periode 2018-2020, Senin (11/8).

Dalam wawancara tersebut ia menjelaskan sejarah awal NA’AM dan dinamika serta sistem organisasi yang dijalankan oleh NA’AM. Berikut petikan wawancaranya:

Bagaimana sejarah awal berdirinya NA’AM?

Diawal pembentukan pada 1951, ada tujuh nama yang diusulkan untuk menamai organisasi ini pada pertemuan alim ulama Malaysia. Nama Nahdlatul Ulama Malaya (NA’AM) diusulkan oleh Tuan Guru Haji Abdullah Fahim sebagaimana diceritakan oleh murid beliau yakni Tuan Guru Haji Mat Saman Kati.

Nama ini diusulkan karena kekaguman Tuan Guru Haji Abdullah Fahim terhadap temannya semasa belajar di Makkah yaitu Hadhratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari yang mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) di Indonesia sekaligus sukses menghalang Kaum Wahabi di Makkah saat akan membongkar makam Nabi Muhammad.

Kiai Hasyim juga sukses mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan Resolusi Jihad NU. Namun pada kesimpulan pertemuan tersebut, organisasi ini belum dinamai NA’AM, namun diberinama  Persatuan Islam SeMalaya (PAS).

Bagaimana perjalanan PAS itu sendiri?

PAS ini akhirnya menjadi partai politik dengan nama barunya Parti Islam Se-Tanah Melayu . Seiring perjalanannya, terjadi friksi dalam organisasi tersebut antar kelompok tua dan kelompok muda. Kelompok tua diketuai oleh Tuan Guru Haji Abdullah Fahim dan kelompok muda di ketuai oleh Ustaz Haji Ibrahim Aqibi. Kemudian pada tanggal 4 Januari 1953, yang sesepuh PAS, Tuan Guru Haji Ahmad Fuad Bin Hassan mengadakan Majelis Muzakarah Ulama Kaum Tua di Pondok Tuan Guru Haji Abdullah Fahim yakni Madrasah Daeratul Ma’arif Wathaniah . 

Di dalam Majlis Muzakarah itulah Nahdatul Ulama Malaya (NA’AM) diresmikan oleh Tuan Guru Haji Abdullah Fahim sebagai Badan Ulama Kaum Tua dan hasil muzakarah itu di terbitkan sebagai kitab yang di beri judulnya “Muzakarah Ketetapan Alim Ulama Se-Malaya di Kepala Batas” . Namun setelah PAS tidak mengizinkan lagi anggotanya merangkap jabatan, Badan Ulama Kaum Tua yang bernama NA’AM ini tidak lagi dapat berfungsi dengan baik . Beberapa Ulama Kaum Tua termasuk Tuan Guru Haji Ahmad Fuad Hassan berusaha untuk mempertahankan NA’AM bahkan ingin lebih besar menjadi satu wadah Parti Politik Islam di Tanah Melayu .

Pada tanggal 18 November 1956 setahun, sebelum Tanah Malaya Merdeka di Sungai Sumun, Hilir Perak, Tuan Guru Haji Ahmad Fuad Hasan dan Tuan Guru Haji Wan Hassan Bin Wan Ahmad berhasil mengumpulkan Ulama-ulama Kaum Tua dan dapat membentuk partai politik yang diberinama Parti Nahdatul Ulama Malaya. Tuan Guru Haji Ahmad Fuad Hassan menjadi Wakil Presiden Partai Nahdatul Ulama Malaya ini .

Namun partai ini kemudian tidak berjalan karena Presiden Parta, Ustaz Abu Bakar Hamzah bergabung dengan kelompok Kaum Muda. Kaum tua pun tidak sepakat jika pimpinan utama mereka tidak sealiran memimpin mereka. Yang menjadi faktor utama Parti Nahdlatul Ulama Malaya mengalami kemandegan ialah karena Tuan Guru Syeikh Abdullah Fahim sendiri tidak menyetujui Nahdlatul Ulama Malaya itu di jadikan partai politik.  

Sebenarnya Tuan Guru Haji Ahmad Fuad Hassan (Murid Syeikh Abdullah Fahim) mengundang Tuan Guru Syeikh Abdullah Fahim menghadiri proses penubuhan Parti Nahdatul Ulama Malaya. Namun Tuan Guru Syeikh Abdullah Fahim menolak karena ia bimbang dan ragu terkait kekuatan Bangsa Melayu bisa lemah karena banyaknya partai politik.

Pada akhirnya Partai Nahdatul Ulama Malaya ini terkubur begitu saja karena Ketua Ulama Kaum Tua Tuan Guru Haji Abdullah Fahim tidak ikut di dalamnya.

Setelah lama eksistensinya hilang, bagaimana sejarah bangkitnya kembali NA’AM?

Pada tahun 2018, timbul keinginan di kalangan para guru dan alumni pesantren di Malaysia yang ingin menghidupkan kembali NA’AM. Ini bertujuan untuk mengembalikan kemuliaan (izzah) para alim ulama pesantren Malaysia di mata masyarakat Malaysia. Ini juga sekaligus menjadikan NA’AM sebagai wadah bersatunya perjuangan tuan-tuan guru pondok pesantren di Malaysia dalam menegakkan Ahlussunnah wal jamaah, memperjuangkan institusi pengajian pondok pesantren di Malaysia, dan menjaga keamanan negara Malaysia yang tercinta . 

Hal ini juga berdasarkan kekaguman perjuangan Nahdlatul Ulama (NU) di Indonesia yang berhasil mempertahankan Ahlussunnah wal jamaah dan memajukan pondok pesantren tradisional. Karena Nahdatul Ulama Malaya yang didirikan oleh Tuan Guru Haji Abdullah Fahim hanya berbentuk badan Muzakarah Ulama Kaum Tua, bukan berbentuk satu keorganisasian, maka hal ini menyulitkan NA’AM untuk dihidupkan tanpa logo dan struktur keorganisasian.  Malaysia dan Indonesia menurut Tuan Guru Haji Abdullah Fahim merupakan kakak beradik dengan sebuah syair: “Hidup Melayu dan tanah Malaya. Merdekalah Indonesia dan tanah Malaya (Malaysia) adik beradik kembar”.

Semangat inilah yang mendasari sejumlah ustaz Malaysia berangkat ke Indonesia menuju Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jakarta dengan ditemani beberapa teman dari PCINU Malaysia dan PCI Ansor Malaysia .

Pada hari Kamis tanggal 21 Februari 2019, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Indonesia (PBNU)  Prof Dr KH Said Aqil Siradj merestui berdirinya Pertubuhan Nahdlatul Ulama Malaysia dengan mengunakan Logo NU, ditambah NA’AM dibawahnya dan segala struktur keorganisasian dan manajemen yang sudah ada di NU agar digunakan di NA’AM .

Rabu, 13 Maret 2019 menjadi hari bersejarah bagi NA’AM apabila karena Tun Haji Abdullah Ahmad Badawi, Perdana Menteri Malaysia ke-5 merestui NA’AM dihidupkan kembali dalam bentuk NGO. Datuk Syeikhul Islam Tuan Guru Haji Abdullah Bin Ibrahim (Syeikh Abdullah Fahim) sebagai Rais Akbar NA’AM .

Tun Haji Abdullah Ahmad Badawi juga merestui NA’AM untuk menghidupkan, mengembangkan dan meneruskan perjuangan Tuan Guru Haji Abdullah Fahim .

Dalam menjalankan organisasi, apa tujuan dan prinsip yang dipegang oleh NA’AM?

NA’AM memegang kaidah “Almuhafadzatu alal qadimis shalih, wal Akhdu bil jadidil aslah” yakni memelihara dan menjaga khazanah yang baik yang di tinggal kan oleh ulama dan mengambil sistem yang terkini untuk lebih baik dan lebih maju atau progresif. Kemudian NA’AM mempunyai tujuan sendiri yakni: pertama, menjaga dan membumikan ajaran (ilmu dan amaliah) Ahlussunnah wal jamaah, aqidah, syariah, dan akhlak di Bumi Malaysia; kedua, menjaga keberlangsungan pondok pesantren Ahlussunnah wal jamaah serta memperjuangkan silabus dan kurikulum pesantren agar sertifikatnya diakui oleh Kerajaan dan Pusat Pengajian Pondok di Malaysia kekal selamanya.

Ketiga, menjaga keamanan dan kenegaraan Malaysia dari ancaman kekerasan, menanamkan semangat cinta agama, bangsa, dan negara kepada Warganegara Malaysia . Dalam hal ini Pertubuhan Nahdlatul Ulama Malaysia mewajibkan Nahdliyyin NA’AM agar patuh dan setia kepada Duli Maha Mulia Yang Di Pertuan Agong & Raja Raja Melayu, Perlembagaan Malaysia, Rukun Negara dan Struktur Negara yang berkonsepkan “Raja Berperlembagaan & Demokrasi Berparlimen”.

Keempat, memperjuangkan arti Jihad Fi Sabilillah yang lebih meluas dalam setiap sudut terutama dalam bidang ekonomi, pertahanan negara dan kesehatan untuk merealisasikan konsep Pembangunan Modal Insan.

Dalam kepengurusan dan keanggotaannya, NA’AM mengakomodir para Tuan Guru Pondok, Pelajar Pondok (Santri) dan orang-orang yang cinta ulama dan Ahlussunnah waljamaah di seluruh Malaysia.

Bisa dijelaskan struktur organisasi NA’AM saat ini?

Struktur NA’AM terdiri dari, pertama Mustasyar NA’AM, bertindak sebagai lembaga penasihat dalam setiap gerak kerja NA’AM. Mereka terdiri dari para ulama dan cendekiawan yang Rasikh (alim) dalam ilmu dan amalan. Tidak dibatasi jumlahnya namun memenuhi kriteria yakni ulama-ulama yang sudah sangat sepuh (Tua).

Kemudian ada Syuriyah yang merupakan pimpinan tertinggi, bertindak sebagai jabatan kedua tertinggi di NA’AM dan tempat berkumpulnya ulama-ulama pesantren, para ulama sepuh (tua) NA’AM. Pimpinan syuriyah disebut Rais Aam , Wakil Rais Am, Katib Syuriah dan Wakil Katib Syuriah, dan A’wan Syuriah. 

Secara terinci, tugas utama Syuriyah adalah pertama, menentukan arah gerak kerja NA’AM dalam melakukan usaha dan tindakan untuk mencapai tujuan NA’AM, kedua, memberikan petunjuk, bimbingan dan pembinaan, memahami, mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah wal Jamaah, baik di bidang aqidah, syari’ah maupun tasawuf, ketiga, mengendallikan, mengawasi dan memberi teguran terhadap semua peringkat NA’AM agar berjalan di atas ketentuan jamiyah dan agama Islam.

Keempat, membimbing, mengarahkan dan mengawasi lembaga dan lajnah yang langsung berada di bawah Syuriyah, dan kelima, jika keputusan suatu peringkat organisasi NA’AM dinilai bertentangan dengan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah wal jamaah, maka pengurus Syuriyah yang berdasarkan keputusan syura, dapat membatalkan keputusan atau langkah peringkat tersebut.

Bagaimana peran tanfidziyah?

Tanfiziyah merupakan pengurus yang bertindak sebagai jabatan ketiga tertingga di NA’AM. Di jabatan ini, tidak disyaratkan yang memegang pengurus tanfidziyah adalah seorang Ulama. Hanya disyaratkan bisa mengurus dan melaksanakan program program NA’AM, Mereka terdiri dari Ketua Umum Pengurus Besar Pertubuhan Nahdatul Ulama Malaysia (PBNA’AM ), Wakil Ketua Umum, Sekretaris, Bendahara, dan anggota.

Sebagai pengurus, tugas sehari-hari mempunyai kewajiban: pertama, memimpin jalannya organisasi sehari-hari sesuai dengan program-program yang telah ditentukan oleh pengurus Syuriyah. Kedua, melaksanakan program jam’iyah NA’AM. Ketiga, membina dan mengawasi kegiatan semua peringkat jam’iyah yang berada di bawahnya, dan keempat, menyampaikan laporan secara terperinci kepada pengurus Syuriyah tentang pelaksanaan tugasnya.

Apakah NA’AM memiliki lembaga seperti NU di Indonesia?

Dalam menjalankan programnya, NA’AM memiliki lembaga yaitu alat kegiatan NA’AM yang bertugas menggarap “bidang kegiatan” tertentu seperti dakwah, pertanian, perekonomian, pondok madrasah , pendidikan dan sebagainya. Lembaga tidak mempunyai anggota sendiri, hanya mempunyai tenaga-tenaga pengurus. NA’AM mempunyai 10 Lembaga yang terdiri dari:

Pertama, Lembaga Dakwah Pertubuhan Nahdatul Ulama Malaysia disingkat LDPNA’AM, bertugas melaksanakan program-program NA’AM di bidang pengembangan agama Islam yang menganut paham Ahlussunnah wal Jamaah. 

Kedua, Lembaga Pendidikan Pertubuhan Nahdatul Ulama Malaysia disingkat LPPNA’AM, bertugas melaksanakan program NA’AM di bidang pendidikan dan pengajaran formal.

Ketiga, Rabithah Ma’ahid Islamiyah Pertubuhan Nahdatul Ulama Malaysia disingkat RMIPNA’AM, bertugas melaksanakan program NA’AM di bidang pengembangan pondok, madrasah dan pendidikan keagamaan.

Keempat, Lembaga Perekonomian Pertubuhan Nahdatul Ulama Malaysia disingkat LPPNA’AM bertugas melaksanakan program NA’AM di bidang pengembangan ekonomi warga NA’AM.

Kelima, Lembaga Pengembangan  Pertanian Pertubuhan Nahdatul Ulama Malaysia disingkat LPPPNA’AM, bertugas melaksanakan program NA’AM di bidang pengembangan dan pengelolaan pertanian, kehutanan dan lingkungan hidup.

Keenam, Lembaga Seni Budaya Muslimin Nahdatul Ulama Malaysia disingkat LESBUMINA’AM, bertugas melaksanakan program NA’AM di bidang pengembangan seni dan budaya.

Ketujuh, Lembaga Wakaf dan Pertanahan Pertubuhan Nahdatul Ulama Malaysia disingkat LWPPNA’AM, bertugas mengurus tanah dan bangunan serta harta benda wakaf lainnya milik NA’AM.

Kedelapan, Lembaga Bahtsul Masail Pertubuhan Nahdatul Ulama Malaysia disingkat LBMPNA’AM, bertugas membahas masalah-masalah maudlu’iyyah dan waqi’iyyah yang akan menjadi Keputusan Pengurus Besar Pertubuhan Nahdatul Ulama Malaysia. LBMPNA’AM bukanlah Lembaga fatwa tetapi hanya memberi irsyad sesuai dengan fungsi Jabatan Mufti-Mufti Negeri di Malaysia.  

Kesembilan, Lembaga Ta’lif wan Nasyr Pertubuhan Nahdatul Ulama Malaysia disingkat LTNPNA’AM, bertugas mengembangkan penulisan, penerjemahan dan penerbitan kitab atau buku serta media informasi menurut fahaman Ahlussunnah wal Jama’ah

Kesepuluh, Lembaga Pendidikan Tinggi Pertubuhan Nahdatul Ulama Malaysia disingkat LPTPNA’AM, bertugas mengembangkan pendidikan tinggi Nahdatul Ulama.